Tugas Softskill Etika Bisnis Pertemuan 1
Kamis, 10 November 2016
Rabu, 09 November 2016
Selasa, 04 Oktober 2016
Sabtu, 30 April 2016
Transportasi Online
Di zaman era
globalisasi ini hampir segala sesuatu yang kita lakukan bisa dikatakan “mudah”, kenapa? Yaps, karena ada yang namanya Internet. Apa itu internet? Internet
(kependekan dari interconnection-networking)
adalah seluruh jaringan komputer yang saling terhubung menggunakan standar
sistem global Transmission
Control Protocol/Internet Protocol Suite (TCP/IP) sebagai
protokol pertukaran paket untuk melayani miliaran pengguna di seluruh dunia. Internet
menurut saya bisa membantu kita untuk menyelesaikan suatu kegiatan dengan lebih
mudah, ya contohnya bagi seorang pelajar ataupun mahasiwa dalam menyelesaikan
tugasnya dapat dengan mudah mencari referensi dengan hanya mengetik keyword (kata kunci) di google.com kita
langsung mendapatkan apa yang kita cari. Dalam kegiatan
lain pun internet juga sangat bermanfaat, misalnya bila kita (ataupun orangtua
kita) ingin membayar tagihan bulanan, seperti membayar tagihan listrik, air,
pulsa prabayar dll, sekarang bisa dilakukan dengan gadget kita yaitu melalui
aplikasi Internet Banking ataupun Mobile Banking. Jadi, kita tidak perlu lagi
jauh-jauh pergi ke Kantor Pos ataupun Bank untuk membayarnya. Sekarang,
Internet pun juga mudah diakses. Bila pada akhir tahun 1990-an sampe awal 2000-an
internet hanya bisa diakses melalui komputer namun sekarang internet dapat
diakses melalui handphone kita, ya karena rata-rata hp yang kita gunakan sudah
berbasis android ataupun ios. Bahkan zaman sekarang anak kecil dibawah umur pun
sudah diberikan hp oleh orangtuanya sehingga anak zaman sekarang sudah jarang
keluar rumah untuk bermain dengan teman-temannya memainkan permainan tradisonal
malah lebih memilih memainkan permainan lewat gadgetnya (tablet ataupun hp).
Namun pada kali ini
saya tidak akan membahas lebih jauh mengenai internet ataupun alasan mengapa
orangtua memberikan gadget untuk anaknya tapi saya akan membahas yang sedang
heboh pada saat ini yaitu tentang TRANSPORTASI ONLINE. Yaps sebagaimana yang
telah saya singgung diatas tentang bagaimana internet dapat mempermudah hidup
kita dan betapa mudahnya internet dapat diakses. Sehingga kita tidak bisa
menolak atau menghindari apabila di dunia transportasi pun sekarang sudah
“dimasuki” oleh teknologi internet. Fenomena Transportasi Online sebenarnya
tidak hanya terjadi di Indonesia bahkan negara-negara di Benua Eropa (Perancis,
Inggris, Jerman, Belanda dll), Benua Amerika (Amerika Serikat, Kanada dll)
ataupun negara-negara tetangga kita di benua asia (Malaysia, Thailand, Jepang
dll) telah terlebih dahulu “menerapkannya”.
Di kota-kota besar di
Indonesia seperti Jakarta, Bandung, Bali, dan Surabaya. Teknologi internet
untuk tranportasi online sekarang sudah lebih meluas tidak hanya untuk
kendaraan roda empat saja, namun transportasi kendaraan roda dua atau biasa
kita kenal dengan sebutan ojek pun sudah menerapkan aplikasi online bahkan di
Jakarta kendaraan umum roda tiga atau biasa kita kenal dengan bajaj pun sudah
memiliki aplikasi berbasis online. Indonesia juga memiliki perusahaan
transportasi berbasis online yang diberi nama dengan GO-JEK. Go-jek berdiri
pada tahun 2011. Awalnya go-jek hanya melayani panggilan telfon saja, seperti
panggilan pada taksi. Tetapi, pada awal tahun 2015 gojek akhirnya meluncurkan
aplikasi android untuk melayani transportasi ojek.
Sebenarnya sah tidak
sih adanya tranportasi online? awalnya saya menganggap transportasi online ini
sah-sah saja, karena siapa sih yang tidak mau naik transportasi dengan biaya
yang murah? Ya pasti semua orang maulah.
Tuh liat aja dengan
biaya segitu kita kita sudah dapat menikmati transportasi yang berasal dari
kendaraan pribadi yang biasanya lebih nyaman dan lebih enak dan satu lagi
kelebihannya adalah kemanapun pergerakan kendaraan yang kita tumpangi terpantau
langsung oleh pihak perusahaan jadi bisa dibilang aman tidak perlu takut
disasarkan atau bahkan diculik.
Kenapasih transportasi
online bisa lebih murah? Karena Perusahan transportasi online tidak harus
membayar pajak, perizinan (izin perusahaan berbadan hukum) dan ikut KIR (uji
kendaraan bermotor). Sedangkan perusahaan tranportasi konvensional harus
membayarnya. Sebenarnya pengemudi tranportasi online bukannya tidak membayar
pajak, mereka membayar pajak namun hanya membayar pajak atas kendaraan pribadi
saja bukan atas kendaraan umum.
Saya sempat bertanya
kepada saudara saya alasan kenapa lebih memilih naik transportasi online. ”Biasanya
kalo saya enggak bawa mobil pribadi saya naik taksi (transpotasi konvensional)
untuk pulang pergi kampus tapi karena keseringan kejebak macet akhirnya saya
harus mengeluarkan biaya yang lebih. Jadi akhirnya sekarang saya lebih memilih
untuk naik grabcar (transportasi online) karena tarifnya yang flat mau macet atau enggak tetap sama. ”
Ujar Yeni Rahma, Mahasiswi Univertas Yarsi.
Menurut saya,
sebenernya sebagai konsumen wajar-wajar saja apabila kita lebih memilih naik
kendaraan yang lebih murah apalagi yang menjadi kendaraannya adalah kendaraan
pribadi yang bisa lebih memberikan kenyamanan. Tetapi sebagai warga negara yang
baik harusnya kitapun lebih mematuhi apa yang telah menjadi peraturan di UU
yang telah menjadikan (dalam hal ini) taksi, kopaja, transjakarta, kereta dll
sebagai transportasi yang legal, apabila kita menaiki kendaraan umum juga kita
sudah otomatis menerima asuransi yang sudah diback-up langsung oleh pihak Jasa
Raharja sebagaimana yang telah ditulis dalam UU no. 33 Tahun 1994 Jo PP nomer
17 tahun 1965.
Sebenernya pemerintah telah
memberikan dua opsi kepada pihak perusahaan transportasi online, antara apakah
mereka ingin menjadi operator transportasi atau menjadi provider transportasi. Kalau
memilih jadi operator mereka hanya sebagai perantara (penyedia aplikasi),
sedangkan memilih sebagai provider berarti mereka harus memenuhi aturan
layaknya layanan transportasi konvensional.
Mereka harus punya atau mendirikan
badan hukum atau koperasi, memasang argo, mendaftarkan kendaraan, dan ikut uji
KIR sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ).
Inti dari tulisan ini
adalah saya ingin mengajak pembaca untuk lebih memilih kendaraan umum
dibandingkan dengan mengunakan kendaraan pribadi, mau itu tranportasi
konvensional ataupun transportasi online. Lets Use Public Transportation to
Reduce Air Pollution!
Referensi:
Go-jek.com
https://nuepoel.wordpress.com/2009/05/13/jasa-raharja-asuransi-kecelakaan-lalu-lintas-jalan-dan-penumpang-umum/
http://www.zetizen.com/show/1134/transportasi-online-vs-konvensional-apa-sih-yang-diributkan
http://www.zetizen.com/show/1134/transportasi-online-vs-konvensional-apa-sih-yang-diributkan
https://id.wikipedia.org/wiki/Internet
Senin, 04 Januari 2016
Pengaruh Kebudayaan Terhadap Pembelian dan Konsumsi
Kebudayaan menjadi salah satu faktor dalam menentukan keputusan pembelian
oleh konsumen. Yang kita tahu bahwa kebudayaan tiap negara berbeda-beda.
Terutama di Indonesia yang mempunyai banyak suku dan budaya, yang menyebabkan
Indonesia kaya akan keanekaragaman budaya. Hal ini perlu menjadi perhatian bagi
para calon pengusaha yang ingin membuka perusahaan pada suatu tempat di
Indonesia, karena tiap kota atau provinsi di Indonesia memiliki keanekaragaman
budaya yang berbeda-beda. Oleh karena itu, pada pembahasan kali ini akan
membahas tentang pengaruh kebudayaan terhadap pembelian konsumen.
A. Pengertian Kebudayaan
Pengertian Kebudayaan, Unsur, Sifat,
& Arti Menurut Para Ahli| Kata "kebudayaan berasal dari (bahasa
Sanskerta) yaitu "buddayah" yang merupakan bentuk jamak dari kata
"budhi" yang berarti budi atau akal. Kebudayaan diartikan sebagai
"hal-hal yang bersangkutan dengan budi atau akal". Pengertian
Kebudayaan secara umum adalah hasil cipta, rasa dan karsa manusia dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya yang kompleks yang mencakup pengetahuan, keyakinan,
seni, susila, hukum adat dan setiap kecakapan, dan kebiasaan. Sedangkan
menurut definisi Koentjaraningrat yang mengatakan bahwa pengertian kebudayaan
adalah keseluruhan manusia dari kelakuan dan hasil yang harus didapatkannya
dengan belajar dan semua itu tersusun dalam kehidupan masyarakat. Senada dengan
Koentjaraningrat, didefinisikan oleh Selo Soemardjan dan Soelaeman Soenardi,
pada bukunya Setangkai Bunga Sosiologi (Jakarta :Yayasan Badan Penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1964), hal 113, merumuskan kebudayaan
sebagai semua hasil karya, cipta, dan rasa masyarakat. Karya masyarakat
menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan atau kebudayaan jasmaniah
(material culture) yang diperlukan oleh manusia untuk menguasai alam sekitarnya
agar kekuatan serta hasilnya dapat diabdikan untuk keperluan masyarakat.
Pengertian Kebudayaan dalam bahasa
inggris disebut culture. merupakan suatu istilah yang relatif baru karena
istilah culture sendiri dalam bahasa inggris baru muncul pada pertengahan abad
ke-19. Sebelumnya pada tahun 1843 para ahli antropologi memberi arti kebudayaan
sebagai cara mengolah tanah, usaha bercocok tanam, sebagaimana tercermin dalam
istilah agriculture dan holticulture. Hal ini bisa kita mengerti karena istilah
culture berasal dari bahasa Latin colere yang berarti pemeliharaan, pengolahan
tanah pertanian. Pada arti kiasan kata itu juga berarti "pembentukan dan
pemurnian jiwa". Seorang antropolog lain, E.B. Tylor (1871), dalam bukunya
yang berjudul Primitive Culture (New York ; Brentano's, 1924), hal 1, yang
mendefinisikan pengertian kebudayaan bahwa kebudayaan adalah kompleks yang
mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan
lain kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia
sebagai anggota masyarakat.
PENGARUH KEBUDAYAAN TERHADAP PERILAKU KONSUMEN
Pengertian perilaku konsumen menurut Shiffman dan Kanuk (2000) adalah
perilaku yang diperhatikan konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan,
mengevaluasi dan mengabaikan produk, jasa, atau ide yang diharapkan dapat
memuaskan konsumen untuk dapat memuaskan kebutuhannya dengan mengkonsumsi
produk atau jasa yang ditawarkan.
Selain itu perilaku konsumen menurut Loudon dan Della Bitta (1993) adalah
proses pengambilan keputusan dan kegiatan fisik individu-individu yang semuanya
ini melibatkan individu dalam menilai, mendapatkan, menggunakan, atau
mengabaikan barang-barang dan jasa-jasa.
Menurut Ebert dan Griffin (1995) consumer behavior dijelaskan sebagai upaya
konsumen untuk membuat keputusan tentang suatu produk yang dibeli dan
dikonsumsi.
1.
Model perilaku konsumen
Konsumen mengambil banyak macam
keputusan membeli setiap hari. Kebanyakan perusahaan besar meneliti keputusan
membeli konsumen secara rinci untuk menjawab pertanyaan mengenai apa yang
dibeli konsumen, dimana mereka membeli, bagaimana dan berapa banyak mereka
membeli, serta mengapa mereka membeli.
Pertanyaan sentral bagi pemasar :
– Bagaimana konsumen memberikan respon terhadap berbagai usaha pemasaran
yang dilancarkan perusahaan?
Perusahaan benar−benar memahami bagaimana konsumen akan memberi
responterhadap sifat-sifat produk, harga dan daya tarik iklan yang berbeda
mempunyai keunggulan besar atas pesaing.
2.
Faktor Budaya
Faktor budaya memberikan pengaruh paling
luas dan dalam pada perilaku konsumen. Pengiklan harus mengetahui peranan yang
dimainkan oleh budaya, sub-budaya dan kelas sosial pembeli. Karena budaya
adalah penyebab paling mendasar dari keinginan dan perilaku seseorang.
Budaya merupakan kumpulan nilai-nilai dasar, persepsi, keinginan dan perilaku yang dipelajari oleh seorang anggota masyarakat dari keluarga dan lembaga penting lainnya.
Budaya merupakan kumpulan nilai-nilai dasar, persepsi, keinginan dan perilaku yang dipelajari oleh seorang anggota masyarakat dari keluarga dan lembaga penting lainnya.
Sub-budaya dapat dibedakan menjadi 4 jenis :
·
Kelompok nasionalisme
·
Kelompok keagamaan
·
Kelompok ras
·
Area geografis.
Banyak sub-budaya membentuk segmen pasar penting dan pemasar seringkali
merancang produk dan program pemasaran yang disesuaikan dengan kebutuhan
konsumen.
Kelas-kelas sosial adalah masyarakat yang relatif permanen dan bertahan lama dalam suatu masyarakat, yang tersusun secara hierarki dan keanggotaannya mempunyai nilai, minat dan perilaku yang serupa. Kelas sosial bukan ditentukan oleh satu faktor tunggal, seperti pendapatan, tetapi diukur dari kombinasi pendapatan, pekerjaan, pendidikan, kekayaan dan variable lain.
Kelas-kelas sosial adalah masyarakat yang relatif permanen dan bertahan lama dalam suatu masyarakat, yang tersusun secara hierarki dan keanggotaannya mempunyai nilai, minat dan perilaku yang serupa. Kelas sosial bukan ditentukan oleh satu faktor tunggal, seperti pendapatan, tetapi diukur dari kombinasi pendapatan, pekerjaan, pendidikan, kekayaan dan variable lain.
Dengan adanya kebudayaan, perilaku konsumen mengalami perubahan. Dengan
memahami beberapa bentuk budaya dari masyarakat, dapat membantu pemasar dalam
memprediksi penerimaan konsumen terhadap suatu produk. Pengaruh budaya dapat
mempengaruhi masyarakat secara tidak sadar, karena pengaruh budaya sangat alami
dan otomatis sehingga pengaruhnya terhadap perilaku sering diterima begitu
saja. Ketika kita ditanya kenapa kita melakukan sesuatu?, kita akan
otomatis menjawab, “ya karena memang sudah seharusnya seperti itu”.
Jawaban itu sudah berupa jawaban otomatis yang memperlihatkan pengaruh budaya
dalam perilaku kita. Barulah ketika seseorang berhadapan dengan masyarakat yang
memiliki budaya, nilai dan kepercayaan yang berbeda dengan mereka, lalu baru
menyadari bahwa budaya telah membentuk perilaku seseorang. Kemudian akan muncul
apresiasi terhadap budaya yang dimiliki bila seseorang dihadapan dengan budaya
yang berbeda.
Misalnya, di budaya yang membiasakan masyarakatnya menggosok gigi dua kali
sehari dengan pasta gigi akan merasa bahwa hal itu merupakan kebiasaan yang
baik bila dibandingkan dengan budaya yang tidak mengajarkan masyarakatnya
menggosok gigi dua kali sehari. Jadi, konsumen melihat diri mereka sendiri dan
bereaksi terhadap lingkungan mereka berdasarkan latar belakang kebudayaan yang
mereka miliki. Dan, setiap individu akan mempersepsi dunia dengan kacamata
budaya mereka sendiri.
Budaya yang ada di masyarakat dapat memuaskan kebutuhan masyarakat. Budaya
dalam suatu produk yang memberikan petunjuk, dan pedoman dalam menyelesaikan
masalah dengan menyediakan metode “Coba dan buktikan” dalam memuaskan kebutuhan
fisiologis, personal dan sosial. Misalnya dengan adanya budaya yang memberikan
peraturan dan standar mengenai kapan waktu kita makan, dan apa yang harus
dimakan tiap waktu seseorang pada waktu makan. Begitu juga hal yang sama yang
akan dilakukan konsumen misalnya sewaktu mengkonsumsi makanan olahan dan suatu
obat.
Budaya dapat dipelajari sejak seseorang sewaktu masih kecil, yang
memungkinkan seseorang mulai mendapat nilai-nilai kepercayaan dan kebiasaan
dari lingkungan yang kemudian membentuk budaya seseorang. Berbagai macam cara budaya
dapat dipelajari. Seperti yang diketahui secara umum yaitu ketika orang dewasa
dan rekannya yang lebih tua mengajari anggota keluarganya yang lebih muda
mengenai cara berperilaku. Ada juga seorang anak belajar dengan meniru perilaku
keluarganya, teman atau pahlawan di televisi.
Begitu juga dalam dunia industri, perusahaan periklanan cenderung memilih
cara pembelajaran secara informal dengan memberikan model untuk ditiru
masyarakat. Misalnya dengan adanya pengulangan iklan akan dapat membuat nilai
suatu produk dan pembentukan kepercayaan dalam diri masyarakat. Seperti
biasanya iklan sebuah produk akan berupaya mengulang kembali akan iklan suatu
produk yang dapat menjadi keuntungan dan kelebihan dari produk itu sendiri.
Iklan itu tidak hanya mampu mempengaruhi persepsi sesaat konsumen mengenai
keuntungan dari suatu produk, namun dapat juga memepengaruhi persepsi generasi
mendatang mengenai keuntungan yang akan didapat dari suatu kategori produk
tertentu.
Tradisi adalah aktivitas yang bersifat simbolis yang merupakan serangkaian
langkah-langkah (berbagai perilaku) yang muncul dalam rangkaian yang pasti dan
terjadi berulang-ulang. Tradisi yang disampaikan selama kehidupan manusia, dari
lahir hingga mati. Hal yang penting dari tradisi ini untuk para pemasar adalah
fakta bahwa tradisi cenderung masih berpengaruh terhadap masyarakat yang
menganutnya. Misalnya yaitu natal, yang selalu berhubungan dengan pohon cemara.
Dan untuk tradisi-tradisi misalnya pernikahan, akan membutuhkan
perhiasan-perhiasan sebagai perlengkapan acara tersebut.
Secara matematis struktur konsumsi yaitu menjelaskan bagaimana harga
beragam sebagai hasil dari keseimbangan antara ketersediaan produk pada tiap
harga (penawaran) dengan kebijakan distribusi dan keinginan dari mereka dengan
kekuatan pembelian pada tiap harga (permintaan).
Dampak Nilai-nilai Inti Terhadap Pemasar :
1.Kebutuhan
Konsep dasar yang melandasi pemasaran adalah kebutuhan manusia. Kebutuhan
manusia adalah pernyataan dari rasa kahilangan, dan manusia mempunyai banyak
kebutuhan yang kompleks. Kebutuhan manusia yang kompleks tersebut karena ukan
hanya fisik (makanan, pakaian, perumahan dan lain-lain) tetapi juga rasa aman,
aktualisasi diri, sosialisasi, penghargaan, kepemilikan. Semua kebutuhan
berasal dari masyarakat konsumen, bila tidak puas consumen akan mencari produk
atau jasa yang dapat memuaskan kebutuhan tersebut.
2. Keinginan
Bentuk kebutuhan manusia yang dihasilkan oleh budaya dan kepribadian
individual dinamakan keinginan. Keinginan digambarkan dalam bentuk obyek yang
akan memuaskan kebutuhan mereka atau keinginan adalah hasrat akan penawar
kebutuhan yang spesifik. Masyarakat yang semakin berkembang, keinginannya juga
semakin luas, tetapi ada keterbatasan dana, waktu, tenaga dan ruang, sehingga
dibutuhkan perusahaan yang bisa memuaskan keinginan sekaligus memenuhi
kebutuhan manusia dengan menenbus keterbatasan tersebut, paling tidak
meminimalisasi keterbatasan sumber daya.
Contohnya, manusia butuh makan, tetapi keinginan untuk memuaskan lapar
tersebut terhgantung dari budayanya dan lingkungan tumbuhnya. Orang Yogya akan
memenuhi kebutuhan makannya dengan gudeg, orang Jepang akan memuaskan
keinginannya dengan makanan sukayaki dan lain-lain.
3. Permintaan
Dengan keinginan dan kebutuhan serta keterbatasan sumber daya tersebut,
akhirnya manusia menciptakan permintaan akan produk atau jasa dengan manfaat
yang paling memuaskan. Sehingga muncullah istilah permintaan, yaitu keinginan
menusia akan produk spesifik yang didukung oleh kemampuan dan ketersediaan
untuk membelinya.
B. VARIASI NILAI PERUBAHAN DALAM NILAI BUDAYA TERHADAP PEMBELIAN DAN KONSUMSI
Nilai budaya memberikan dampak yang lebih pada perilaku konsumen dimana
dalam hal ini dimasukkan kedalam kategori-kategori umum yaitu berupa orientasi
nilai-nilai lainnya yaitu merefleksi gambaran masyarakat dari hubungan yang
tepat antara individu dan kelompok dalam masyarakat. Hubungan ini mempunyai
pengaruh yang utama dalam praktek pemasaran. Kebudayaan adalah faktor penentu
keinginan dan perilaku seseorang, terutama dalam perilaku pengambilan keputusan
dan perilaku pembelian. Dalam perkembangan sejarah budaya konsumsi maka
masyarakat konsumsi lahir pertama kali di Inggris pada abad 18 saat terjadinya
tekhnologi produksi secara massal. Tekhnologi yang disebabkan oleh
berkembangnya revolusi industri memungkinkan perusahaan-perusahaan memproduksi
barang terstandarisasi dalam jumlah besar dengan harga yang relatif murah.
Dengan adanya kebudayaan, perilaku konsumen mengalami perubahan. Dengan
memahami beberapa bentuk budaya dari masyarakat, dapat membantu pemasar dalam
memprediksi penerimaan konsumen terhadap suatu produk. Pengaruh budaya dapat
mempengaruhi masyarakat secara tidak sadar. Pengaruh budaya sangat alami dan
otomatis sehingga pengaruhnya terhadap perilaku sering diterima begitu saja.
Sebagai contoh, jika masyarakat menilai aktifitas kolektif, konsumen akan
melihat kearah lain pada pedoman dalam keputusan pembelanjaan dan tidak akan
merespon keuntungan pada seruan promosi untuk “menjadi seorang individual”. Dan
begitu juga pada budaya yang individualistik. Sifat dasar dari nilai yang
terkait ini termasuk individual/kolektif, kaum muda/tua, meluas/batas keluarga,
maskulin/feminim, persaingan/kerjasama, dan perbedaan/keseragaman.
1.
Individual/Kolektif
Budaya individualis
terdapat pada budaya Amerika, Australia, Inggris, Kanada, New Zealand, dan
Swedia. Sedangkan Taiwan, Korea, Hongkong, Meksiko, Jepang, India, dan Rusia
lebih kolektifis dalam orientasi mereka. Nilai ini adalah faktor kunci yang
membedakan budaya, dan konsep diri yang berpengaruh besar pada individu. Tidak
mengherankan, konsumen dari budaya yang memiliki perbedaan nilai, berbeda pula
reaksi mereka pada produk asing, iklan, dan sumber yang lebih disukai dari
suatu informasi. Seperti contoh, konsumen dari Negara yang lebih kolektifis
cenderung untuk menjadi lebih suka meniru dan kurang inovatif dalam pembelian
mereka dibandingkan dengan budaya individualistik. Dalam tema yang diangkat
seperti ”be your self” dan “stand out”, mungkin lebih efektif dinegara amerika
tapi secara umum tidak di negara Jepang, Korea, atau Cina.
2. Usia Muda/Tua
Dalam hal ini adalah
melihat faktor budaya yang lebih bijaksana dalam melihat sisi dari peran usia.
Seperti contoh di Negara kepulauan Fiji, para orang tua memilih untuk
menyenangkan anak mereka dengan membeli suatu barang. Hal ini berbeda dengan
para orang tua di Amerika yang memberikan tuntutan yang positif bagi anak
mereka. Disamping itu, walaupun Cina memiliki kebijakan yang mengharuskan untuk
membatasi keluarga memiliki lebih dari satu anak, tetapi bagi budaya mereka
anak merupakan “kaisar kecil” bagi mereka. Jadi, apapun yang mereka inginkan
akan segera dipenuhi. Dengan kata lain, penting untuk diingat bahwa segmen
tradisional dan nilai masih berpengaruh dan pera pemasar harus menyesuaikan
bukan hanya pada lintas budaya melainkan juga pada budaya didalamnya.
3.
Luas/batasankeluarga
Pengertiannya adalah
bagaimana keluarga dalam suatu budaya membuat suatu keputusan penting bagi
anggota keluarganya. Dengan kata lain apakah peran orang dewasa (orang tua)
memiliki kebijakan yang lebih dalam memutuskan apa yang terbaik bagi anaknya.
Atau malah sebaliknya anak-anak memberi keputusan sendiri apa yang terbaik bagi
diri mereka sendiri. Dan bisa dikatakan juga bahwa pengaruh pembelian oleh
orang tua akan berpengaruh untuk seterusnya pada anak. Seperti contoh pada
beberapa budaya yaitu seperti di Meksiko, sama halnya dengan Amerika, peran
orang dewasa sangat berpengaruh. Para orang tua lebih memiliki kecenderungan
dalam mengambil keputusan dalam membeli. Begitu juga para orang dewasa muda di
Thailand yang hidup sendiri diluar dari orang tua atau keluarga mereka. Tetapi
ketergantungan dalam membeli masih dipengaruhi oleh orang tua maupun keluarga
mereka. Yang lain halnya di India, sesuatu hal yang akan dibeli diputuskan
bersama-sama dalam satu keluarga yaitu seperti diskusi keluarga diantara
mereka.
Source :
http://dokumen.tips/documents/pengaruh-kebudayaan-terhadap-pembelian-dan-konsumsi-55c092c3a8b6c.html
Langganan:
Postingan (Atom)